…
Sudah lama jiwaku sendiri
Dalam tepian hidup nan sepi
Tak tau apa yang kunanti
Ketika diam ternyata sunyi
Walaupun ku pernah sembunyi
Saat kekalutan menyapu diri
Jejak kakiku menapak bumi
Mengeja nama menyeru Tuhan
Menanyakan tentang pertumpahan
Atas nama siapa mereka berperan
Memungut jiwa tanpa renungan
Tertawan paras dalam kubangan
Rasaku pun tertaut pelan
Sinar mentari berkilau rawan
Desah sang angin menilik awan
Menghadap langit menanti hujan
Tumbuh meninggi satu harapan
Saat burung mematuk remah
Kerbau-kerbau membajak tanah
Pak tani pun tersenyum bungah
Padi-padi bersemai indah
Sungai-sungai mengalir lincah
Membawaku hanyut dalam suasana
Goresan lembut sang panorama
Mengiringi bunyi untaian nada
Dan bernyanyilah alam semesta
Menyambut indah datangnya cinta
Pada hati yang penuh luka
Cinta adalah pemakluman jiwa
Seperti cintaku pada bahagia
Menempati tanah semesta
Menuliskan banyak wacana
Mengarungi hulu manusia
Menepis semua rasa bangga
Karena aku bukan pemuja
Aku hanyalah penikmat rasa
Yang selalu berbagi cerita
Di tengah suka dan duka
Pada hati anak manusia
Suatu saat aku meminta
Tuhan, nikahkan aku dengan dia
Dia siapa Tuhan bertanya
Kujawab dengan menerka
Nikahkan aku dengan angkasa
Dengan bumi dan jagad raya
Agar lahir seorang bayi
Titisan mani ibu pertiwi
Parasnya elok di muka bumi
Hutannya lebat berpayung asri
Lautnya indah berkilau semi
Saat cinta beradu sepi
Impian manja mulai menari
Antara aku dan jiwa dewi
Ragam cita menebar janji
Dalam rangkaian kata puisi
Terikatlah jalinan suci
Antara aku dan tubuh bumi
…
sumber : http://fiksi.kompasiana.com/puisi/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan anda berkomentar, namun tetap jaga kesopanan dengan tidak melakukan komentar spam...!!!