…
Kuizinkan malam meredam
Jiwa halus tak punya tentram
Menemuiku dalam temaram
Jauh kalut di angan kelam
Sebilah pisau menyayat tajam
Membelah darah nadiku kejam
Tanpa panik senyum kusulam
Geliat resah matiku suram
Rasa perih mulai mencekam
Tatkala maut sadar menerkam
Malaikat bermuka masam
Sosok hitam tertawa geram
Menyeretku masuk ke dalam
Rantai siksa bertajuk kalam
Dilemparnya tubuhku rajam
Dicongkelnya mataku lebam
Rasa sakit menjalar seram
Ular-ular bernafsu terkam
Tebing darah menganga curam
Ditamparnya ragaku karam
Hancur lebur berkeping redam
Tak lagi utuh menyisa ruam
Menuntutku tuk tetap diam
Memasuki tabir jahannam
Berkumpullah berbagai macam
Setan-setan bermuka ragam
Kulit tulang menghitam legam
Kala dibakar api memburam
Suara parau galau mendendam
Hati suci takkan bermalam
Pada bayang siksa tertanam
Kala aku tersadar muram
Mati bukan pilihan angan
Ia mutlak kehendak Tuhan
Slalu akan datang cobaan
Bila kita tak punya beban
Pada jiwa berkulit rentan
Penuh noda penuh godaan
Kalbu sunyi yang mulai rawan
Hambat pikir akal tertawan
Bunyi surga berhenti konstan
Nikmat palsu berbisik pelan
Mendekatiku dan membenarkan
Sebuah duka tuk ketenangan
Mengakhiri sakit tertahan
Meski nurani berkata jangan
Jangan memisah nyawa titipan
Dari indah rona lembaran
Cantik elok ruh kehidupan
Hingga akhirnya aku putuskan
Melepas pisau dalam genggaman
Bersujud daku mohon ampunan
Dari segala trah kebejatan
Hati busuk penuh hasutan
Mengusik duka jiwa tertahan
Rasa syukur menjalar telan
Berkata hati tuk meluruskan
Sebuah makna dan pelajaran
Kepada jiwa di dalam insan
Hidup jangan engkau siakan
…
sumber : http://fiksi.kompasiana.com/puisi/2013/05/02/ketika-aku-bunuh-diri-556653.html
. puisinya keren om.. =))
BalasHapus